Archive for Desember, 2008

Metodologi

Regresi & Korelasi Linier Sederhana <!– /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-ansi-language:IN; mso-no-proof:yes;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:829251411; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1574419892 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l1 {mso-list-id:1107504350; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-487844864 67698709 67698703 1819695624 67698703 -361970954 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l1:level1 {mso-level-number-format:alpha-upper; mso-level-tab-stop:18.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:18.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l1:level2 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:36.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l1:level3 {mso-level-tab-stop:101.25pt; mso-level-number-position:left; margin-left:101.25pt; text-indent:-20.25pt;} @list l1:level4 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:36.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l1:level5 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:36.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l2 {mso-list-id:1225333133; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1308135806 67698703 667458602 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l2:level1 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l2:level2 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:54.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:54.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l3 {mso-list-id:1333293983; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1068325742 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l3:level1 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} –>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Times New Roman”;
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}

STUDI PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Seperti telah diuraikan pada bab terdahulu, bahwa masalah merupakan dasar untuk memulai suatu penelitian. Dan masalah tersebut juga muncul suatu pertanyaan yang akan dijawab melalui kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Kemudian pertanyaan peneliteian ini menimbulkan jawaban sementara atau hipotesis. Hipotesis penelitian inilah yang akan diuji kebenarannya melalui penelitian. Di pihak lain, suatu penelitian memerlukan dasar teoretis tentang bidang ilmu yang akan diteliti. Merumuskan hipotesis dan meletakkan dasar suatu penelitian ini memerlukan pengetahuan atau informasi-informasi yang berkaitan dengan bidang yang akan diteliti tersebut Untuk keperluan ini semua diperlukan studi pendahuluan atau prelimanelary study terlebih dahulu.

Kadang-kadang seseorang ingin melakukan penelitian terhadap suatu masalah, padahal orang itu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah yang akan diteliti tersebut. Hal ini tidak baik, karena dapat dipastikan bahwa penelitian yang akan dilakukan, dan juga hipotesis-hipotesis yang dirumuskan tidak berdasarkan kerangka dasar teori yang kuat. Untuk memulai suatu penelitian diperlukan bekal pengetahuan yang luas baik pengetahuan teoretis maupun praktis tentang bidang yang akan diteliti. Pengetahuan-pengetahuan atau informasi-informasi ini dapat diperoleh bail melalui membaca buku-buku, hasil-hasil penelitian orang lain, maupun pengalaman langsung dari lapangan. Seseorang ahli ilmu pengetahuan yang bernama Thomas Alfa Edison mengatakan:

When I eont to discover samething. I begin by reading everything that been done in the past…..I see what has been accomplished at great labor and experences in the past. I gather data of many thou sands of esperiment point, and make thousands more.”

Seorang peneliti yang akan meneliti di bidang penyakit kulit misalnya, ia harus mengetahui banyak tentan penyakit tersebut. Untuk itu ia harus mempelajari dan mempunyai banyak pengalaman tentang penyakit kulit. Apabila ia tidak mempunyai informasi atau pengetahuan tentang penyakit tersebut, maka ia akan mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti atau diukur. Meskipun peneliti tersebut sudah mempunyai banyak pengalamaan di bidang klinis misalnya, dan akan melakukan penelitian dibidang prevent maka ia harus mendalami bidang preventif terlebih dahulu.

Studi pendahuluan ini dilakukan pada hakikatnya adalah untuk memperoleh informasi-informasi atau pengetahuan sehubungan dengan bidang yang akan ditelitinya, guna memperkuat atau menyokong secara ilmiah terhadap penelitian tersebut. Studi pendahuluan ini dapat dilaksanakan dengan mempelajari sumber-sumber informasi tentang bidang yang diteliti. Pada garis sumber-sumber informasi ini dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu:

  1. Sumber informasi dokumenter.
  2. Sumber informasi kepustakan (bibliografi)
  3. Sumber informasi lapangan.

B. Sumber Informasi Dokumenter

Yang dimaksud dengan sumber informasi-informasi pada dasarnya adalah semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen, baik dokumen-dokumen resmi maupun tidak resmi. Dokumen resmi, adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan, yang ada dibawah tanggung jawab instansi resmi, misalnya laporan, statistik, catatan-catatan di dalam kartu klinik, dan sebagainya. Sedangkan dokumen tidak resmi ialah segala bentuk dokumen yang berada atau menjadi tanggung jawab dan wewenang badan atau intansi tidak resmi atau perorangan, seperti biografi, catatan harian, dan semacamnya.

Selanjutnya sumber informasi ini dapat digolongkan menjadi 2, yaitu sumber primer (Primary resources) dan sumber sekunder (secondery resources). Sumber primer atau sering disebut sumber data tangan first han of informastion, adalah sumber informasi yang langsung berasal dari yang mempunyai wewenang dan bertanggung jawab terhadap data tersebut. Misalnya, informasi tentang program perluasan atau peningkatan rumah sakit di seluruh Indonesia, maka sumber pertamanya dapat diperoleh dari Direktorat Pelayanan Kesehatan, Departemen Kesehatan. Apabila ingin informasi tentang obat-obat, maka sumber yang pertama adalah Dirjen Pengawasan Obat dan Minum.

Sedangkan sumber sekunder, adalah sumber informasi yang bukan dari tangan pertama, dan yang bukan mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi tentang progtam pelayanan kesehatan tersebut bukan langsung diperoleh dari Dirjen Yankes, tetapi sumber yang sudah kedua, ketiga dan sebagainya.

C. Sumber Kepustakaan

Bahan-bahan pustaka merupaksan hal yang sangat penting dalam menunjang latar belakang teoritis dari suatu penelitian. Telah kita letahui bersama bahwa di dalam perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan dan informasi dari berbagai disiplin ilmu. Dari buku-buku. laporan-laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal, dan sebagiannya kita dapat memperoleh berbagai informasi. Baik berupa teori-teori generalisasi, maupun konsep yang lelah dikemukakan berbagai ahli. Oleh sebab itu sebelum mulai penelitian. Seorang peneliti harus akrab dengan perpustakaan, agar mempunyai dasar yang kuat dalam melaksanakan penelitianya. Pentingnya mempelajari bahan informasi dan perpustakaan ini antara lain sebagai berit :

1. Bahan perpustakaan dapat mengarahkan kita dalam menciptakan pemahaman, dan selanjutnya dapat mengarahkan dalam merumuskan masalah penelitian yang tepat. Dengan dirumush masalah yang tepat akan diperoleh arah dan hasil penelitian yang tepat dan relevan.

2. Dengan mempelajari bahan perpustakaan dapat membantu kita dalam mengarahkan pemikiran konsepsual maupun dalam menguji ketepatan asumsi atau hipotesis yang dirumuskan.

3. Dengan mempelajari bahan kepustakaan, dapat menentukan teknik penelitian yang tepat, sehingga diharapkan hasil penelitian dapat valid dan bermakna.

4. Dengan mempelajari bahan perpustakaan dengan baik, akan membantu menghindari pengutipan pendapat orang lain yang tidak tepat, dan juga dapat menghindari pelaksanaan penelitian yang mencapai tujuan penelitian.

Hasil penelitian yang baik perlu ditunjang dengan bahan perpustakaan yang memadai dan yang baik. Sedangkan hasil penelitian yang baik selanjutnya akan menunjang perkembangan ilmu pengetahuan, serta dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bahan-bahan kepustakaan yang dapat digunakan menunjang latar belakang masalah, kerangka teoretis, dan hipotesis penelitian, dapat digolongkan ke dalam :

  1. Buku yang diterbitkan
  2. Berbagai jenis penerbitan berkala, seperti majalah, jumal, buletin, brosur, dan sebagainya.
  3. Berbagai harian atau surat kabar.
  4. Karangan atau makalah ilmiah yang tidak diterbitkan, sepeni makalah, skripsi, thesis, dan disertasi.
  5. Laporan-laporan penelitian.
  6. Laporan-laporan dari instansi resmi.

Dalam menggunakan bahan kepustakaan untuk menunjang penelitian hendaknya disesuaikan dengan aturan-aturan umum sepeiti penulisan karya ilmiah lainnya. Hal ini berarti dalam mencatat data atau informasi dari bahan-bahan kepustakaan hendaknya berdasarkan aturan-aturan seperti yang dipakai di dalam pencatatan dan penulisan karya ilmiah, antara lain sebagai berikui:

  1. Pencatatan keterangan tentang sumber

Dalam mencatat sumber kepustakaan biasanya mengikuti urutan-urutan sebagai berikut:

a. Nama pengarang. Apabila tidak ada nama pengarang, dicantumkan nama badan atau instansi yang menerbitkan atau editornya.

b. Judul sumber (nama buku, artikel, atau manuskrip yang lain).

c. Bila artikel atau judul tersebut diamtil dari koran atau majalah berkala, tuliskan judulnya kemudian nama koran atau majalah yang memuatnya, serta volume atau edisi atau nomor penerbitan, tanggal, bulan, dan tahun.

d. Nama penerbit (untuk buku dan karangan lain yang diterbitkan).

e. Tempat penerbitan.

f. Tahun penerbitan.

g. Apabila suatu buku terdiri dari beberapa jilid atau merupakan suatu seri, dicantumkan setelah nama buku itu nomor jilid atau serinya.

h. Bila perlu dicantumkan nomor halaman yang dipelajari atau dikutip.

  1. Menuliskan sesuai dengan aslinya (mengutip) atau meringkas informasi yang dianggap penting, yang akan dijadikan bahan penunjang teoretis, serta nomor halaman di mana informasi itu diperoleh.
  2. Menyusun Informasi yang diperoleh dari sesuai dengan buku urutan halaman dengan uruian dari nomor kecil ke nomor besar.
  3. Bila berbagai informasi atau ketcrangan yang diperoleh dari berbagai sumber sudah dicatat, maka segala informasi yang dicatat tersebut disusun menurut urutan alfabetis nama pengarang.
  4. Segala macam catatan tersebut sebaiknya dibuat dalam kertas lepas-lepas dan dimasukkan ke dalam snelhechter map atau map folio sehingga memudahkan untuk menyusun atau mencari kembali informasi tersebut sewaktu diperlukan.

D. SUMBER INFORMASI LAPANGAN

Di samping sumber-sumber informasi tertulis yang diperoleh kepustakaan atau dokumen-dokumen lainnya, dalam studi pendahuluan ini juga dapat menggunakan sumber informasi dari lapangan. Sumber informasi lapangan ini diperoleh langsung dari objeknya di lapangan. Biasanya sumber informasi lapangan adalah pribadi-pribadi yang berkecimpung di bidang yang diteliti, dan karena iru disebut su informasi pribadi. Informasi-informasi ini dapat diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, angket, maupun eksperimen pendahuluan. Teknik-teknik ini akan dibicarakan di dalam bab lain dari tulisan ini. Sumber informasi lapangan dalam rangka studi pendahuluan terhadap suatu masalah penelitian, antara lain meliputi:

1. Sumber pribadi:

Sumber informasi pribadi atau perorangan ini meliputi semua orang atau agen yang menjadi sumber informasi sehubungan dengan masalah yang diteliti, baik orang yang ahli di bidang tersebut maupun orang yang bukan ahli tetapi berkecimpung di bidang yang sedang diteliti tersebut.

2. Lembaga atau organisasi

Yang dimaksud dengan lembaga atau organisasi di sini adalah organisasi atau lembaga pelayanan masyarakat. Di dalam bidang kedokteran atau kesehatan, lembaga atau organisasi-organisasi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta merupakan sumber informasi kesehatan. Departemen Kesehatan beserta aparat-aparat dibawahnya merupakan lembaga atau organisasi yang paling akurat sebagai sumber informasi kesehatan di Indonesia.

3. Kantor-kantor baik pemerintah maupun swasta juga merupakan sumber informasi lapangan.

4. Kejadian, gejala atau kasus yang terjadi di dalam masyarakat juga merupakan sumber informasi.

Leave a comment »

Regresi & Korelasi

REGRESI & KORELASI LINIER

1. PENDAHULUAN

Regresi dan korelasi adalah metode statistik yang dipakai untuk mengukur asosiasi atau hubungan antara dua atau lebih variabel kuantitatif, sedangkan untuk mengukur asosiasi antara dua atau lebih variabel kualitatif dipakai tes X kuadrat

Gagasan perhitungan ditetapkan oleh Sir Francis Galton (1822-1911)

Persamaan regresi :Persamaan matematik yang memungkinkan peramalan nilai suatu

peubah takbebas (dependent variable) dari nilai peubah bebas (independent variable)

Diagram Pencar = Scatter Diagram

Diagram yang menggambarkan nilai-nilai observasi peubah takbebas dan peubah bebas.

Nilai peubah bebas ditulis pada sumbu X (sumbu horizontal)

Nilai peubah takbebas ditulis pada sumbu Y (sumbu vertikal)

Nilai peubah takbebas ditentukan oleh nilai peubah bebas

Anda sudah dapat menentukan mana peubah takbebas dan peubah bebas?

Bentuk Umum Regresi Linier Sederhana Y = a + bX

Y : peubah takbebas

X : peubah bebas

a : konstanta

b : kemiringan


Bentuk Umum Regresi Linier Berganda Y = a + b1X1 + b2X2 + …+ bnXn

Y : peubah takbebas a : konstanta

X1 : peubah bebas ke-1 b1 : kemiringan ke-1

X2 : peubah bebas ke-2 b2 : kemiringan ke-2

Xn : peubah bebas ke-n bn : kemiringan ke-n


Bentuk umum Regresi Eksponensial Y = abx

log Y = log a + (log b) x

2. REGRESI LINIER SEDERHANA

Regresi linier sederhana berupa garis lurus yang menyatakan hubungan antara dua variabel pada sumbu X dan Y dengan rumus umum Y = a + bX

Y : peubah takbebas X : peubah bebas a : konstanta b : kemiringan

Nilai b dapat positif (+) dapat negatif (-)

rumus11

Contoh

Berikut adalah data biaya promosi dan volume penjualan perusahaan minyak goreng.

tabel2

3. Korelasi Linier Sederhana

Korelasi linier sederhana dipergunakan untuk menyatakan derajat hubungan linear antara dua variabel X dan Y. Jika korelasi antara X dan Y mempunyai hubungan sangat erat, maka nilai koefisien-korelasi (r) mendekati nilai -1 atau + 1, dan bila tidak ada hubungan akan mendekati nilai 0. (dalam kasus r mendekati 0, anda dapat melanjutkan analisis ke regresi eksponensial). Nilai r yang (+) ditandai oleh nilai b yang (+) Nilai r yang (-) ditandai oleh nilai b yang (-)

Koefisien Determinasi Sampel = R = r² rumus21

Contoh :

Setelah mendapatkan persamaan Regresi Y = 2.530 + 1.053 X, koef. korelasi (r) dan koef determinasi (R). Dapat ditentukan sebagai berikut:

Σx = 26 Σy = 40 Σxy = 232 Σx² =158 Σy² = 346

rumus3

Nilai r = 0.9857 menunjukkan bahwa peubah X (biaya promosi) dan Y (volume penjualan) berkorelasi linier yang positif dan tinggi Rr=2=098572…= 0.97165….= 97 % .

R =r2 =0,98572 = 0.97165 = 97 %

Nilai R = 97% menunjukkan bahwa 97% proporsi keragaman nilai peubah Y (volume penjualan) dapat dijelaskan oleh nilai peubah X (biaya promosi) melalui hubungan linier.

Sisanya, yaitu 3 % dijelaskan oleh hal-hal lain.


Tes Terhadap Koefisien Korelasi

Pada keadaan tertentu, kita ingin mengetahui apakah koefisien korelasi suatu sampel yang berasal dari populasi tertentu, tidak berbeda dengan koefisien populasinya atau terjadi hanya karena kebetulan saja. Untuk ini kita mengambil suatu asumsi, bahwa hipotesis null adalah R = 0, berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel yang sedang kita uji atau variabel X akan mendekati normal dengan rata-rata hitung = 0 dan standar deviasi = 1/n-l, dengan ketentuan n cukup besar dengan mmus sebagai berikut:rumus4

Contoh:
Dari hasil pemeriksaan pada 10 orang bayi neonatorum, didapatkan masing-masing tinggi badan dan berat badan seperti label di bawah ini:

rumus5Regresi &

r = 0,72

Interpretasi: Adanya korelasi linear positif antara tinggi badan dan berat badan, dan derajat asosiasi (r) = 0,72 antara kedua variabel tersebut.


Contoh:

Dari hasil perhitungan antara tinggi badan dan berat badan pada 50 orang mahasisiwa, didapatkan koefisien korelasi r = 0,75. Coba diselidiki apakah ada hubungan antara kedua variabel ini pada level of significance = 0,05.

Perhitungan:

Ho : R = 0 H1 : R # 0

rumus61

= 5,24

Zo > 1,96, maka Ho ditolak dan pada level of confidence 95%, kita yakin bahwa ada hubungan antara variabel X dan Y.

4. REGRESI LINIER GANDA

Pembahasan akan meliputi regresi linier dengan 2 Variabel Bebas (X1 dan X2) dan 1 Variabel Tak Bebas (Y).

Bentuk Umum : Y = a + b1 X1 + b2 X2

Y : peubah takbebas a : konstanta

X1 : peubah bebas ke-1 b1 : kemiringan ke-1

X2 : peubah bebas ke-2 b2 : kemiringan ke-2

• a , b1 dan b2 didapatkan dengan menyelesaikan tiga persamaan Normal berikut:

rumus7

n : banyak pasangan data yi : nilai peubah takbebas Y ke-i

x1i : nilai peubah bebas X1 ke-i x2i : nilai peubah bebas X2 ke-i

Contoh:

RegresiKorelasi /

Berikut adalah data Volume Penjualan (juta unit) Mobil dihubungkan dengan variabel biaya promosi (X1 dalam juta rupiah/tahun) dan variabel biaya penambahan asesoris (X2 dalam ratusan ribu rupiah/unit).

tabel3

Lakukan Eliminasi, untuk menghilangkan (a)

(ii) 31 a + 187 b1 + 239 b2 = 296 × 6

(i) 6a + 31 b1 + 40 b2 = 50 × 31

(ii) 189 a + 1122 b1 + 1434 b2 = 1776

(i) 189 a + 961 b1 + 1240 b2 = 1550

(iv) 161b1 + 194 b2 = 226

Lalu

(iii) 40 a + 239 b1 + 306 b2 = 379 × 6

(i) 6a + 31 b1 + 40 b2 = 50 × 40

(iii) 240 a + 1434 b1 + 1836 b2 = 2274

(i) 240 a + 1240 b1 + 1600 b2 = 2000

(v) 194 b1 + 236 b2 = 274

Selanjutnya, eliminasi (b1) dan dapatkan nilai (b2)

(v) 194 b1 + 236 b2 = 274 × 161

(iv) 161 b1 + 194 b2 = 226 × 194

(v) 31234 b1 + 37996 b2 = 44114

(iv) 31234 b1 + 37636 b2 = 43844

360 b2 = 270

b2 = 0.75

Dapatkan Nilai (b1) dan nilai (a) dengan melakukan substitusi, sehingga:

(v) 194 b1 + 236 b2 = 274

Perhatikan b2 = 0.75

194 b1 + 236 (0.75) = 274

194 b1 + 177 = 274

194 b1 = 97

b1 = 0.50

(i) 6a + 31 b1 + 40 b2 = 50

Perhatikan b1 = 0.50 dan b2 = 0.75

6a + 31(0.50) + 40 (0.75) = 50

6a + 15.5 + 30 = 50

6a = 4.5

a = 0.75

Sehingga Persamaan Regresi Berganda

a + b1 X1 + b2 X2 dapat ditulis sebagai 0.75 + 0.50 X1 + 0.75 X2

5. KORELASI LINIER BERGANDA

Koefisien Determinasi Sampel untuk Regresi Linier Berganda diberi notasi sebagai berikut R2y.12

Sedangkan Koefisien Korelasi adalah akar positif Koefisien Determinasi atau

ry.12 = √R2y.12

Formula

rumus8

Contoh:

Jika diketahui (dari Contoh sebelumnya)

n = 6

Σ x1 = 31 Σx2 = 40 Σy = 50

x1x2Σ=239 Σx1y = 296 Σx2y= 379

Σx12=187 Σx22=306 Σy2= 470

Maka tetapkan dan jelaskan artinya nilai tersebut!

JKG = 470 – (0.75)(50) – (0.50)(296) – (0,75)(306) = 0.25

rumus9

Nilai = 99.53% menunjukkan bahwa 99.53% proporsi keragaman nilai peubah Y (volume penjualan) dapat dijelaskan oleh nilai peubah X (biaya promosi) dan XRy.1222 (biaya aksesoris) melalui hubungan linier.

Sisanya sebesar 0.47% dijelaskan oleh hal-hal lain.

6. UJI NORMALITAS

Syarat untuk melakukan uji regresi dan korelasi selain data dalam bentuk kontinu, juga sample harus diambil dari populasi berdistribusi normal.

Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakanUji Goodness of Fit Distribusi Normal (sample besar) dan Metode Lilliefors (sample kecil).

Uji Goodness of Fit Distribusi Normal

Menggunakan rumus umum sebagai berikut:

rumus10

Dengan menggunakan nilai, untuk menentukan luas kurva normal   rumus111

Interval pertama

Batas bawah 139,5 z= 139,5-159,125/6,97= -2,82 (table normal= 0,4976)

Batas atas 144,5 z= 144,5-159,125/6,97= -2,10 (table normal= 0,4821)

Luas kurva normalnya 0,4976 – 0,4821 = 0,0155

Interval kedua, ketiga, dan seterusnya dicari dengan cara yang sama, dan dapat dibuat tabulasi sebagai berikut:

tabel4

Sampel diambil dari populasi berdistribusi normal

Metode Lilliefors

Statistik yg digunakan adalah

T = maksimum |F(X) – S(X)|

F(X) = fungsi distribusi kumulatif normal (0,5-luas tabel normal)

S(X) = fungsi distribusi kumulatif emperik(angka urutan / n)

Contoh:


tabel5

Ho= sampel berasal dr populasi normal

H1= sampel berasal dr populasi td normal

T= max IF(X)-S(X)I = 0,1333

Sedang T(1-0,05;17) = 0,2060

Ho diterima

Leave a comment »

Materi I Metodologi Penelitian

FILSAFAT ILMU DAN METODE PENELITIAN

A. Pendahuluan

Filsafat berasal dari kata filo dan sofia (bahasa Yunani). Filo artinya cinta atau menyenangi dan sofia artinya bijaksana. Konon orang yang selalu mendambakan kebijaksanaan adalah orang-orang yang pandai, orang yang selalu mencari kebenaran. Dalam mencari kebe­naran ini mereka mendasarkan kepada pemikiran dan logika, dan bahkan berspekulasi. Hal ini terjadi pada zaman sebelum ilmu berkembang. Hasil pemikiran mereka ini kemudian menjadi tantangan bagi para ilmuwan selanjutnya. di mana dalam menemukan kebenaran lebih mementingkan penemuan-penemuan empiris. Logika bukan sebagai metode untuk menemukan atau mencari kebenaran tersebut. Melihat lahirnya ilmu adalah karena ketidakpuasan para ilmuwan terhadap penemuan kebenaran oleh para filosof, maka dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan bentuk-bentuk perkembangan filsafat. Selanjutnya dikatakan bahwa ilmu filsafat merupakan induk dari ilmu.

Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama, yakni filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (natural sciences} dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam cabang ilmu-ilmu sosial (social sciences). Selanjutnya ilmu-ilmu alam membagi diri menjadi dua kelompok lagi, yakni ilmu alam (physical sciences) dan ilmu hayat (biological sciences) ilmu-ilmu soslal berkembang agak lambat dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam. Yang mula-mula berkembang adalah antropologi, psikologi, ekonomi, sosiologi, dan ilmu politik. Selanjutnya baik cabang-cabang ilmu alam maupun ilmu-ilmu politik bercabang-cabang lagi sehingga sampai pada saat ini terdapat sekitar 650 cabang keilmuan.

Meskipun filsafat telah berkembang menjadi bermacam-macarn ilmu, namun filsafat sendiri tidak tenggelam, bahkan ikut berkembang pula seirama dengan perkembangan ilmu. Dalam arti yang operasional filsafat adalah suatu pemikiran yang mendalam sampai ke akar-akarnya terhadap suatu masalah atau objek. Sesuai dengan perkembangan filsafat dan pengertiannya maka muncul berbagai macam filsafat, antara lain: filsafat alam (metafisika). filsafat ketuhanan (theologia), filsafat manusia, filsafat ilmu. dan sebagainya.

B. Pengetahuan, Ilmu, Dan Filsafat

Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna, dalam memahami alam sekitarnya terjadi proses yang bertingkat dari penge­tahuan (sebagai hasil dari tahu manusia), ilmu, dan filsafat. Pengetahuan (knowelwdge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekadar menjawab pertanyaan “What”, misalnya apa air, apa manusia. apa alam, dan sebagainya. Sedangkan ilmu (science) bukan sekadar menjawab “What”, melainkan akan menjawab pertanyaan “Why” dan ‘How”, misalnya mengapa air mendidih bila dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernafas, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Tetapi ilmu dapat menjawab mengapa dan bagaimana sesuam tersebut terjadi.

Apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran yang tenentu, mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan diakui secara universal, maka terbentuklah disiplin ilmu. Dengan perkataan lain, pengetahuan itu dapat berkembang menjadi ilmu apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

  1. Mempunyai objek kajian
  2. Mempunyai metode pendekatan
  3. bersifat universal(mendapat pengakuan secara umum)

Sedangkan filsafat adalah suatu kajiannya tidak hanya terbatas pada fakta-fakra saja, melainkan sampai jauh di luar fakta, sampai batas kemampuan logika manusia. Ilmu mengkaji kebenaran dengan bukti logika atau jalan pikiran manusia. Dengan perkataan lain, batas kajian ilmu adalah fakta. Sedangkan batas kajian filsafat adalah logika atau daya pikir manusia. Ilmu menjawab atas pertanyaan “Whay ” dan “How“, sedangkan filsafat menjawab pertanyaan “Why and Why and Whay” dan seterusnya sampai jawaban paling akhir yang dapat diberikan oleh pikiran atau budi manusia.

Dalam perkembangan filsafat menjadi ilmu terdapat taraf peralihan. Dalam taraf peralihan ini maka bidang pengkajian filsafat menjadi lebih sempit, tidak lagi menyeluruh, melainkan sektoral. Di sini orang tidak lagi mempermasalahkan moral secara keseluruhan, melainkan mengaitkannya dengan kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kemudian berkembang menjadi ilmu ekonomi. Namun demikian. dengan taraf ini secara konsepsual ilmu masih mendasarkan diri pada norma-norma filsafat. Misalnya ekonomi, masih merupakan penerapan erika (appliet ethics) dalam kegiatan ma­nusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Metode yang dipakai adalah normatif dan deduktif (berpikir dari hal-hal yang umum kepada yang bersifat khusus) berdasarkan asas-asas moral yang filsafat. Pada tahap selanjutnya ilmu menyatakan dirinya otonom dari konsep-konsep filsafat dan bertumpu sepenuhnya pada hakikat alam sebagaimana adanya. Pada tahap peralihan. ilmu masih mendasari diri pada norma yang seharusnya, sedangkan dalam tahap terakhir ilmu didasarkan atas penemuan-penemuan. Sehingga dalam menyusun teori-teori ilmu pengetahuan tentang alam dan isinya ini, maka manusia tidak lagi mempergunakan metode yang bersifat normatif dan deduktif, melainkan kombinasi antara deduktif dan induktif (berpikir dari hal-hal yang khusus kepada hal-hal yang bersifat umum), dengan jembatan yang berupa pengujian hipotesis. Selanjutnya proses ini dikenal sebagai “Metoda deducto hipotetico-verivikatif“, dan metode ini dipakai sebagai dasar pengembangan metode ilmiah yang lebih dikenal dengan Metode Penelitian, Selanjumya melalui atau menggunakan metode ilmiah ini akan menghasilkan ilmu.

August Comte (1798-1857) membagi tiga tingkat perkembangan ilmu pengetahuan tersebut di atas ke dalam tahap religius, metafisik, dan positif. Hal ini dimaksudkan dalam tahap pertama maka asas religilah yang dijadikan postulat atau dalil ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi atau penjabaran dari ajaran religi (deducto), Dalam tahap kedua orang mulai berspekulasi berasumsi, atau membuat hipotesis-hipotesis reniang metafisika (keberadaan) ujud yang menjadi objek penelaahan yang terbahas dari dogma religi, dan mengembangkan sistem pengeta­huan berdasarkan postulat metafisika tersebut (hipotetico). Sedangkan tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah, di mana asas-asas yang dipergunakan diuji secara positif dalam proses verivikasi yang objektif (verivikatif).

Secara visual proses perkembangan ilmu pengetahuan tersebut, yang selanjutnya merupakan kerangka-kerangka metode ilmiah dapat digambarkan seperti terlihat dalam skema di bawah :

Skema 1.1

Metode Deducto-Hipotetico-Verivikatif

DEDUKSI- Berdasarkan penealaman-pengalaman atau teori-teori atau dogma-dogma yang bersifat umum dilakukan dugaan-dugaan atau hipotesis.

HIPOTESIS Adalah dugaan yang ditarik berdasarkan teori dogma, atau pengalaman-pengalaman.

VERIVIKASI- Adalah proses pembuktian untuk hipotesis-hipotesis yang telah disusun melalui kegiatan.

INDUKSI – Hasil penelitian tersebut disusun ke dalam suatu teori yang umum.

C. Landasan Ilmu

Filsafat ilmu merupakan kajian atau telaah secara mendalam terhdap hakikat ilmu. Oleh sebab itu filsarat ilmu ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu tersebut. seperti :

1. Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud hakikat objek tersebut? Bagaimana hubungan objek dengan daya tangkap manusia misalnya: berpikir, merasa, mengindra)?

2. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengerahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apa kriterianya? Cara. teknik, atau sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?

3. Untuk apa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana hubungan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dan norma-norma moral/ profesional?

Ketiga kelompok pertanyaan tersebut merupakan landasan-landasan ilmu, yakni kelompok pertama merupakan landasan ontologi. kelompok kedua merupakan landasan epistemologi, dan kelompok yang terakhir merupakan landasan aksiologis. Secara singkat uraian landasan ilmu itu adalah sebagai berikut :

  1. Landasan Ontologis, adalah tentang objek yang ditelaah ilmu. Hal ini berarti tiap ilmu harus mempunyai objek telaahan yang jelas. Dikarenakan diversifikasi ilmu terjadi atas dasar spesifikasi objek telaahannya, maka tiap disiplin ilmu mempunyai landasan ontologi yang berbeda.
  2. Landasan Epistemologi, adalah cara yang digunakan untuk mengkaji atau menelaah sehingga diperolehnya ilmu tersebut. Secara umum metode ilmiah pada dasarnya untuk semua disiplin ilmu.

Secara lebih jelas dapat dikatakasi bahwa ilmu mempunyai metode sendiri dalam mendapatkan pengitahuannya yang berbeda dengan sarana berpikir ilmiah.

Kedua, tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah kita sehari-hari. Dalam hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode ilmiah. Jelaslah bahwa mengapa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya, sebab fungsi saran berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah, dan bahkan merupakan ilmu tersendiri.

Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipaki dalam seluruh proses berpikir ilmiah, dan untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dilihat dari pola berpikirnya maka itu ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif. Untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri pada proses logika deduktif dan induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif ini, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Proses pengujian dalam kegiatan ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakikatnya merupakan pengumpulan fakta untuk menolak atau menerima hipotesis yang diajukan. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah ke arah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah. Sebagai resume dari pengkajin mengenai hakikat sarana berpikir ilmiah, peranan masing-masing sarana berpikir tersebut disajikan dalam bagan sebagai berikut :

Skema 1.2

Ilmu dan Sarana Berpikir Ilmiah

<!–[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]> SHAPE \* MERGEFORMAT <![endif]–>

Logika

Matematika

Deduksi

Dunia Rasional

Dunia Empiris

Khazanah

Ilmu

Ramalan

(Hipotesis

Induksi

Fakta

Pengujian

Statistika

Metode

Penelitian

<!–[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]> <![endif]–>

Leave a comment »

Soal/Tugas II Metodologi Penelitian

  1. Apa yang dimaksud pernyataan masalah, kesenjangan, dan rumusan masalah?
  2. Masalah penelitian harus layak diteliti, mengapa? Apa ciri-ciri kelayakannya?
  3. Buatlah pernyataan masalah, kesenjangan, dan rumusan masalah berdasarkan salah satu hasil observasi lapangan Anda!
  4. Lekas dikirim, lanjut tugas berikutnya.

Leave a comment »

Materi II Metodologi Penelitian

PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN

A. Arti Masalah

Masalah adalah titik tolak dari setiap kegiatan penelitian, sebab bagi seorang peneliti ‘masalah’ merupakan undangan untuk melakukan penelitian. Pada saat dan situasi seperti sekarang ini, di mana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah begitu tinggi. tetapi di pihak lain masalah semakin banyak dan kompleks pula. Hal ini juga berarti perlu perhatian dan penanganan dari kita untuk pemecahan masalah-masalah tersebut. Sedangkan penelitian adalah bagian dari proses pemecahan masalah. Apa sebenamya masalah itu?

Masalah adalah suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi. antara harapan dan kenyataan. Misalnya, seharusnya untuk mencapai masyarakat yang sehat. semua anggota masyarakat harus membuang kotoran di kakus. harus minum air yang bersih, makan makanan yang bergizi cukup dan sebagainya. Tetapi pada kenyataannya banyak anggota masyarakat yang buang air besar di kebun atau kali, minum air yang tidak bersih dan tidak dimasak. makan yang hanya ala kadarnya. dan sebagainya. Hal ini berarti ada kesenjangan, dan ini adalah satu masalah kesehatan masyarakat.

Meskipun pengembangan ilmu dan teknologi kesehatan atau kedokteran telah sedemikian tingginya, misalnya ditemukannya metode dan teknik pemberantasan pcnyakit dan pencegahan penyakit rehabilitasi, tetapi di pihak lain menimbulkan bcrbagai macam masalah baru. Masalah-masalah ini seolah-olah sedang antri atau menunggu gilirannya untuk dipecahkan. Masalah yang satu belum terpecahkan masalah lain sudah muncul untuk segera dipecahkan. Contoh menonjol yang merupakan masalah keseharian masyarakat dan juga di Indonesia adalah masalah kanker dan penyakit AIDS (Acqured Immine Deficiency Syndrome). bertahun-tahun para ahli kedokteran bergelut untuk menentukan penyebab dan obat penyakit kanker tersebut. Sampai saat ini masalah kanker tersebut belum pemecahannya. namun sudah disusul masalah AIDS yang sangat menakutkan ini.

Pada hakikatnya masalah penelitian kesehatan itu adalah segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari jawabannya, atau segala bentuk rintangan dan hambatan atau kesulitan yang muacul pada bidang kesehatan kedokteran, yang perlu diatasi atau dipecahkan. Dari sini dapat dilihat bahwa di bidang kesehatan atau kedokteran, masalah tersebut sangat banyak dan kompleks, dan bahkan tidak, terbatas.

B. Kepekaan Terhadap Masalah Penelitian

Meskipun masalah penelitian itu selalu ada dan banyak, belum tentu mudah mengangkatnya sebagai masaiah penelitian. Untuk dapat mengangkat masalah-masalah tersebut ke dalam suatu masalah penelitian, diperlukan kepekaan terhadap masalah penelitian. Kepekaan seseorang dalam mengangkat masalah menjadi masalah penelitian diperlukan minat dan pengetahuan atau keahlian. Minat dan pengetahuan penelitian ini keduanya harus ada pada seseorang ingin meneliti. Minat saja belum menjamin kepekaan masalah penelitian. Minat dan pengetahuan atau keahlian sebagai dasar kepekaan terhadap masalah penelitian ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain:

1. Profesi

Profesi atau bidang pekerjaan seseorang dapat memadi sumber minat untuk melakukan penelitian. Dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya, orang tidak terlepas dari masalah-masalah yang bersangkutan dengan profesi tersebut. Semakin seringnya terpapar pada masalah-masalah tersebut. akan mendorong keinginan orang untuk segera dapat memecahkannya dengan cepat. Untuk kepentingan ini mengharuskan orang tersebut untuk berpikir dan berusaha mencari tahu dengan membaca dan berdiskusi dengan orang lain.

2. Spesialisasi

Spesialisasi atau keahlian khusus seseorang dapat menyebabkan orang tersebut peka terhadap masalah yang yang berkaitan dengan keahliannya tersebut. Apabila seseorang menekuni sesuatu bidang tertentu, maka orang tersebut menjadi sangat peka terhadap masalah yang berkaitan dengan bidang tersebut. Misalnya seorang dokter spesialis penyakit dalam, biasanya sangat peka terhadap masalah yang muncul sehubungan dengan penyakit dalam. Sedangkan seorang dokter ahli kesehatan masyarakat akan lebih peka terhadap penyakit-penyakit atau masalah kesehatan masyarakat. masalah epidemiologi, masalah pelayanan kesehatan masyarakat, masalah sanitasi lingkungan, dan lain sebagainya

3. Akademis

Orang yang sudah mengalami program pendidikan tinggi, biasanya ia telah mendalami tentang salah satu disiplin ilmu pengetahuan. Dengan pendalaman salah satu bidang ilmu pengetahuan tersebut, daya penalarannya akan lebih baik, dan mampu melihat prospek pengembangan tentang hal-hal yang didalaminya. Dalam kenyataannya semua teori yang mereka peroleh dibangku kuliah tidak semua dapat diterapkan. dan bahkan mungkin bertentangan sama sekalil. Keadaan semacam ini menunjukkan bahwa pada bidang tersebut terdapat sesuatu permasalahan yang perlu dipecahkan. Dengan demikian dapat disimpuikan bahwa program pendidikan akademis yang pernah ditempuh olch seseorang dapat menunjang dalam kepekaan terhadap suatu masalah penetitian.

4. Kebutuhan dan Praktek Kehidupun Sehari-Hari

Dengan menaruh perhatian terhadap kebutuhan serta dari pengalaman kehidupan sehari-hari. dapat menimbulkan kepekaan akan masalah. Seseorang yang secara saksama memperhatikan kebersihan anaknya sendiri atau anak tetangganya. kebersihan lingkungannya dan sebagainya, akan membantu dalam melihat berbagai masalah kesehatan. Hal ini sudah barang tentu dapat meningkatkan kepekaannya terhadap masalah.

5. Pengalaman Lapangan

Seseorang yang mempunyai banyak pengalaman lapangan baik pengalaman yang positif maupun negatif, akan menambah kepekaannya terhadap masalah di bidangnya. Pengalaman-pengalaman yang diperolehnya langsung dari lapangan akan menambah keyakinan mereka, betapa serius masalah tersebut, dan memperkuat usaha-usaha yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah itu. Hal ini berarti meningkatkan kepekaannya terhadap masalah yang besangkutan dengan bidangnya.

6. Bahan Bacaan atau Kepustakaan

Banyak membaca adalah suatu kebiasaan yang sangat baik. Sebab dari buku-buku atau hasil-hasil penelitian orang lain yang dipublikasikan, banyak informasi-informasi yang sangat bergunana bagi perluasan cakrawala pandang atau wawasannya. Di samping itu, banyak membaca dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berpikir seseorang. Dengan luasnya pengetahuan dan wawasannya, dapat menyebabkan orang mampu menggunakan penalaran dan berpikir dan selanjutnya membantu dalam meningkatkan kepekaan terhadap masalah.

Kepekaan terhadap masalah yang ada pada suatu bidang ilmu pengetahuan, seperti telah diuraikan di atas. memungkinkan seseorang untuk mencari kemungkinan pemecahannya. Selanjutnya usaha mencari pemecahan masalah yang ilmiah, sistematis. dan logis ini adalah dengan menggunakan metode penelitian.

C. Memilih Masalah Penelitian

Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa bila kita akan melakukan penelitian, pertanyaan yang penama-tama harus dijawab adalah masalah apa yang layak untuk diteliti. Di bidang kesehatan atau kedokteran banyak masalah yang memerlukan penelitian, tetapi yang mana yang layak dilakukan penelitian? Untuk memilih masaiah yang layak dan relevan diteliti, di bawah ini akan diuraikan beberapa kriteria pemilihan masalah penelitian, antara lain:

1. Masih Baru

Pengertian ‘baru’ di sini maksudnya ialah masalah penelitian tersebut belum pernah diungkap atau dilakukan penelitian oleh orang lain. Dengan kata lain, masalah tersebut masih hangat-hangatnya di masyarakat. Hal ini penting agar tidak terjadi usaha yang sia-sia, karena sudah pernah dilakukan oleh orang lain. Di sinilah perlunya banyak membaca literatur atau hasil-hasil publikasi penelitian lain atau diskusi dengan pihak-pihak lain. Tanpa banyak membaca, kita tidak tahu apakah masalah penelitian kita sudah dijawab oleh penelitian lain atau belum.

2. ­Aktual

Masaiah penelitian yang aktual di sini diartikan masalah tersebut benar-benar terjadi atau berlangsung di dalam masyarakat. Masalah penelitian tidak boleh mengawang atau tidak berpijak pada kenyataan masyarakat. Hal ini juga berarti bahwa masalah tersebut harus menjadi masalahnya masyarakat. bukan masalahnya peneliti. Untuk memperoleh masalah yang aktual ini, penulis harus banyak melakukan kunjungan lapangan, berdialog dengan masyarakat atau dengan ahli-ahli yang bersangkutan dengan. bidang yang akan diteiti.

3. Praktis

Suatu penelitian untuk kepentingan apa pun dan jenis penelitian apa pun selalu memerlukan sumber daya, baik tenaga. pikin dan waktu. Untuk itu masalah penelitian tersebut harus mempunyai nilai yang praktis; artinya, hasil penelitian harus dapat menunjang kegiatan praktis. Masalah yang tidak mempunyai kepentingan praktik tidak layak untuk diangkat menjadi masalah penelitian, sebab hanya merupakan suatu pemborosan atau penghamburan sumber daya saja.

4. Memadai

Masalah yang akan diangkat menjadi masalah penelitian harus dibatasi ruang lingkupnya, tidak terlalu luas, tetapi juga tidak terlalu sempit. Masalah yang terlalu luas akan menghasilkan penelitian yang jelas, dan juga akan memakan sumber daya yang besar. Sebaliknya masalah yang terlalu sempit akan menghasilkan sesuatu yang kurang berbobot. Oleh sebab itu masalah harus dibatasi. Disesuaikan dengan kemampuan dan sumber daya yang tersedia meskipun tidak terlalu sempit. Dengan kata lain, masalah yang akan diangkat menjadi masalah penelitian tersebut harus memadai.

5. Sesuai dengan Kemampuan Peneliti

Seseorang yang akan melakukan penelitian harus mempunyai kemampuan penelitian dan kemampuan di bidang yang akan ditelitinya. Apabila ia tidak mempunyai kemampuan-kemampuan tersebut barang tentu hasil penelitiannya kurang dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi ilmiah (akademis) maupun praktik yang akan meneliti di bidang kesehatan atau kedokteran, dengan sendirinya haris menguasai pengetahuan tentang kesehatan dan kedokteran.

6. Sesuai dengan Kebijakan Pemerintah.

Masalah-masalah yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah, undang-undang pemerintah, ataupun adat istiadat masyarakat, tidak dapat diangkat menjadi masalah penelitian. Sebab masalah-masalah ini di samping bertentangan dengan kebijaksanaan tersebut, juga dapat mengundang kekuatan sosial maupun politik yang dapat merintangi dan menghambat jalannya penelitian.

7. Ada yang mendukunng

Seperti telah disebutkan di atas, bahwa penelitian apa pun memerlukan biaya dan biaya ini biasanya dapat diperoleh dari instansi-intansi pendukung atau sponsor, baik swasta maupun pemerintah. Agar penelitian tersebut dapat dibiayai oleh sponsor, maka masalah yang dipilih harus disesuaikan dengan masalah yang dirasakan oleh para sponsor tersebut.

Kriteria-kriteria ini bukanlah kriteria untuk memilih topik penelitian, tetapi kriteria untuk memilih masalah yang akan dijadikan titik tolak untuk meneliti. Dengan dipilihnya masalah penelitian yang berdasarkan kriteria tersebut diharapkan akan menghasilkan kegiatan penelitian yang relevan dengan kebutuhan program di bidang yang bersangkutan.

Sebelum melakukan pemilihan masalah penelitian, pertanyaan-pertanyaan di bawah ini kiranya perlu dijawab agar dapat membantu kita dalam pemilihan masalah yang relevan.

a. Apakah masalah yang akan kita teliti itu merupakan masalah yang sedang hangat di dalam masyarakat pada saat ini?

b. Apakah masalah tersebut benar-benar ada di dalam masya­rakat, atau apakah aktual?

c. Sejauh mana masalah tersebut dirasakan? Apakah penduduk atau masyarakat merasakan masalah tersebut?

d. Apakah masalah terbebut mempengaruhi kelompok tertentu misalnya ibu hamil, bayi, atau anak balita?

e. Apakah masalah lersebut berhubungan dengan masalal sosial, kesehatan, atau ekonomi yang luas?

f. Apakah masalah tersebut berhubungan dengan aktivitas program yang sedang berjalan?

g. Siapa lagi yang tenarik atau terlibat pada masalah tersebut?

D. Pertanyaan Penelitian

Perlu dibedakan antara pernyataan masalah (problem statement) dan pertanyaan penelitian (research question). Pernyataan masalah adalah suatu pernyataan adanya masalah, berisi tentang deskripsi fakta yang ada pada saat itu. Sedangkan pertanyaan penelitian adalah suatu bentuk pertanyaan yang menghendaki jawaban dari penelitian yang akan dilakukan. Oleh sebab itu, pertanyaan penelitian adalah suatu selalu dalam bentuk kalimat tanya. Kedua hal ini selalu berhubungan. Untuk jelasnya di bawah ini akan diberikan beberapa contoh.

Contoh 1

Masalah penelitian:

Kabupaten X terletak di Provinsi Jawa Barat, daerahnya termasuk subur. Pendapatan per kapita penduduknya melebihi pendapatan per kapita nasional. Sarana transportasi sangat baik, penduduk yang buta huruf relatif sangat rendah. Program-program pembangunan termasuk program kesehatan dan keluarga berencana sudah cukup banyak dilaksanakan. Tetapi angka kematian anak di kabupaten ini masih cukup tinggi, jauh di atas angka nasional.

Kesenjangan:

Kondisi geografis, sosial, dan ekonomi kabupaten tersebut seharusnya rnenjamin angka kematian anak yang rendah, tetapi kenyataannya angka kematian anak tersebut tinggi.

Pertanyaan penelitian:

Faktor-faktor apa yang menyebabkan tingginya angka kematian anak di Kabupaten X tersebut?

Contoh 2

Masalah Penelitian:

Hasil survei Keluarga Berencana di suatu provinsi, diketemukan adanya perbedaan angka prevalensi pemakaian kontrasepsi yang besar antara kecamatan-kecamatan di provinsi tersebut, meskipun semua kecamatan tersebut menerima pelayanan Keluarga Berencana yang sama.

Kesenjangan :

Semua kecamatan di provinsi tersebut seharusnya mempunyai angka prevalensi pemakaian kontrasepsi yang sama, tetapi kenyataannya terdapat perbedaan yang mencolok di antara kecamatan-kecamatan tersebut.

Pertanyaan penelitian:

Faktor apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam angka prevalensi pemakaian kontrasepsi tersebut?

Contoh 3

Pernyataan penelitian:

Penyuluhan gizi di desa A telah dilaksanakan dengan gencar, baik melalui ceramah-ceramah maupun penyebaran selebaran-selebaran yang berisi petunjuk makanan bergizi. Kegiatan ini sudah hampir 2 tahun dilaksanakan, tetapi hasil survei menunjukkan perilaku gizi anak balita di desa itu pun masih rendah pula. Rendahnya perilaku gizi ibu tentang gizi merupakan salah satu petunjuk bahwa penyuluhan gizi di desa ini kurang berhasil.

Kesenjangan:

Dengan dilakukan penyuluhan gizi di desa ini seharusnya meningkatkan pengetahuan gizi bagi ibu-ibu dan selanjutnya dapat meningkatkan perilaku gizi ibu-ibu tersebut rentang gizi. Dengan meningkatnya perilaku gizi seharusnya membawa dampak| terhadap peningkatan status gizi anak balita. Tetapi ternyata tidak terjadi yang demikian.

Pertanyaan penelitian:

Mengapa penyuluhan gizi yang dilakukan dengan ceramah-ceramah dan penyebarluasan selebaran-selebaran tentang gizi tersebut tidak atau kurang berpengaruh terhadap peningkatan perilaku gizi dan peningkatan status gizi anak balita.

Leave a comment »