A. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari luar mengenai indera, dan terjadilah penginderaan, kemudian apabila rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan.
Contoh: Sebuah mobil di depan kita akan menyebabkan penginderaan pada kita.
Apabila mobil itu menarik perhatian kita, maka akan terjadi proses pengamatan. Pada penginderaan tidak disertai keaktifan jiwa, sedangkan pada pengamatan disertai keaktifan jiwa.
Dalam penelitian, pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat dan mencatat jumlah dan afaktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Jadi didalam melakukan observasi bukan hanya “mengunjungi” . “melihat”, atau “menonton” saja, tetapi disertai keaktifan jiwa atau perhatian khusus dan melakukan pencatatan-pencatatan. Ahli lain mengatakan, bahwa observasi adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psychis dengan jalan “mengamati dan “mencatat”.
1. Pengamatan dan Ingatan
Ingatan adalan kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan memproduksi kesan. Dalam pengumpulan data melalui pengamatan ini diperlukan ingatan yang cepat setia. teguk, dan luas. Ingatan yang cepat, artinya dalam waktu singkat dapat memahami sesuatu hal tanpa menjumpai kesukaran-kesukaran. Setia, artinya kesan-kesan yang telah diterimanya akan disimpan sebaik-baiknya, tak akan berubah. Teguh artinya dapat menyimpan kesan waktu lama. tak mudah lupa artinya dapat menyimpan kesan yang banyak.
Tetapi pada umumnya kita sulit untuk mempunyai sifat-sifat ingatan seperti tersebut di atas. Oleh sebab itu untuk mengatasi kelemahan ini dan untuk mengurangi timbulnya kesalahan-kesalahan observasi dapat dibantu dengan jalan :
a. Mengklasifikasikan gejala-gejala yang relevan.
b. Observasi diarahkan pada gejala-gejala yang relevan.
c. Menggunakan jumlah pengamatan yang lebih banyak.
d. Melakukan pencatatan dengan segera.
e. Didukung pula oleh alat-alat mekanik/elektronik seperti alat pemotretan, film. tape recorder, dan lain-lain.
Pertimbangan lain, diperlukannya alat-alat bantu ini mengingatkan bahwa di dalam penelitian ilmiah, baik yang ada di laborat maupun di lapangan, indera pengamatan yang paling penting adalah mata dan telinga. Alat-alat tersebut kemampuannya terbatas, berbeda-beda secara individual, dan tidak lepas dari kelemahan-kelemahan. Ditambah pula dengan kompleksnya fenomena sosial yang berdimensi majemuk, yang menyulitkan proses pengamatan. Hal ini semua apabila para pengamat tidak dibantu dengan alat-alat tersebut di atas akan memperbesar kesalahan yang akan dilakukan.
2. Sasaran Pengamatan
Apabila seorang peneliti terjun ke tengah-tengah masyarakat akan dijumpai banyak sekali kenyataan/gejala-gejala sosial yang dijadikan sasaran pengamatan. Tetapi tidak semua yang dilihat dan diamati itu dperlukan di dalam penelitian. Olen karena itu. sasaran pengamatan peneliti menghadapi kesukaran dalam menentukan apa yang harus diamati dan diperhatikan dengan seksama dan apa yang diabaikan.
pembatasan tentang sasaran pengamatan ini. sebaiknya dipertimbangkan terlebih dulu sebelum peneliti memulai mengadakan pengamatan. Untuk membantu pembatasan sarana pennelitian ini peneliti dapat mempelajari teori-teori ataupun pengetahuan-pengetahuan. Dari sini akan diperoleh gambaran mengenai kenyataan-kenyataan yang perlu diperhatikan dalam mempelajari masalah sosial tertentu. Misalnya, kita akan mengamati status sosial ekonomi seseorang, di samping kita dapat mengamati kekayaannya, kita juga dapat mengamati gejala-gejala lain yang menunjukkan tinggi/ rendahnya status sosial orang tersebut, yang semua ini dapat dipelajari di dalam leteratur atau pengalaman-pengalaman.
Di samping itu, untuk menentukan batas sasaran pengamatan diperlukan rangka penulisan yang merupakan teori atau konsep-konsep dan hipotesis, yang telah disusun di dalam suatu rancangan penelitian. Kemudian konsep atau pun hipotesis tersebut di jabarkan pada instrumen yang iebih konkret (misalnya formulir pengamatan).
3. Beberapa Jenis Pengamatan
a. Pengamatan Terlibat (Observasi Partisipatif)
Pada jenis pengamatan ini, pengamat (observer) benar-benar mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sasaran pengamatan (observee). Dengan kata lain, pengamat ikut aktif berpatisipasi pada aktivitas dalam kontak sosial yang tengah diselidiki. Jenis teknik ini biasanya digunakan di dalam penelitian yang brersifat eksploratif, yang mula-mula dipakai dalam penelitian di bidang antropologi. Tetapi akhirnya diterapkan pula terhadap kesatuan-kesatuan sosial lainnya.
Yang perlu diperhatikan di dalam observasi partisipasi ini adalah jangan sampai inereka (observee) tahu bahwa pengamat yang berada di tengah-tengah mereka sedang memperhatikan gerak-gerik mereka. Oleh karena itu, pada pencatatan-pencatatan yang dibuat oleh pengamat jangan sampai terlihat oleh sasaran pengamatan. Apabila observee tahu bahwa mereka sedang diperhatikan (diamati), maka akan terjadi kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:
1) Tingkah laku mereka akan dibuat-buat.
2) Kepercayaan mereka terhadap pengamat akan hilang, yang akhirnya menutup diri dan selalu berprasangka.
3) Dapat mengganggu situasi dan relasi pribadi.
4) Akibat dari ini semua akan diperoleh data yang bias.
Agar observasi partisipasif ini berhasil, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Dirumuskan gejala apa yang harus diobservasi.
2) Diperhatikan cara pencatatan yang baik. sehingga tidak mmenimbulkan kecurigaan.
3) Memelihara hubungan baik dengan observee.
4) Mengetahui batas intensitas partisipasi.
5) Menjaga agar situasi dan iklim psikologis tetap wajar.
6) Sebaiknya pendekatan pengamatan dilakukan melalui tokoh-tokoh masyarakat setempat (key person). ‘
Dalam hal intensitasnya partisipasi dapal digolongkan menjadi 2, yaitu: a) Panisipasi partiil (sebagian), yang hanya mengambil bagian pada kegiatan-kegiatan tertentu saja, di mana tingkahlaku-tingkahlaku yang akan diamati timbul. b) Partisipasi penuh, dengan ikut serta pada semua kegiatan sosial yang ada.
Sudah barang tentu, kedua jenis partisipasi ini dalam rangka pengamatan pengumpulan data mempunyai kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan.
b. Pengamatan Sistematis
Ciri utama jenis pengamatan ini adalah mempunyai kerangka struktur yang jelas. di mana di dalamnya berisikan fakror yang diperlukan dan sudah dikelompokkan ke dalam kategori-kategori. Dengan demikian maka materi observasi mempunyai skope yang lebih sempit dan terbatas, sehingga pengamatan lebih terarah. Pada umumnya isi sistematika ini didahului suatu observasi pendahuluan, yakni observasi partisipasif guna mencari penemuan dan perumusan yang akan dijadikan sasaran observasi.
Apabila dalam suatu observasi tidak diadakan sistematika secara kategoris atau tidak mempunyai kerangka struktur, maka pengamatan ini digolongkan dalam observasi non-sistematis. Hal ini yang perlu diperhatikan oleh pengamat dalam pengamatan yang berstruktur ini adalah agar bermacam-macam peralatan yang dipergunakan untuk mengadakan pencatatan jangan sampai mengganggu hubungan antara pengamat itu sendiri dengan observee (yang diamati).
c. Observasi Eksperimental
Dalam Observasi ini observee dicoba atau dimasukkan ke dalam suatu kondisi atau situasi tertentu. Kondisi dan situasi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga yang akan dicari/diamati akan timbul. Pengamatan dilakukan dengan amat teliti, karena pada umumnya gejala-gejala sosial itu sulit untuk ditimbulkan lagi meskipun dalam situasi dan kondisi yang sama.
Dalam jenis observasi ini semua kondisi dan faktor-faktornya dapat diatur dan dikendalikan, maka observasi eksperimental ini juga disebut Pengamatan terkendali. Keuntungan dari pengamatan terkendali ni antara lain: orang tidak perlu menunggu terlalu lama timbulnya suatu gejala atau tingkah laku yang diperlukan. Sebab gejala/tingkah laku yang sulit timbul dalam keadaan normal, dengan stimulus/kondisi yang sengaja diciptakan itu, gejala-gejala tersebut dapat muncul. Misalnya frustasi, ketekunan, agresi, reaksi, dan sebagainya.
Namun demikian pengamatan jenis ini mempunyai kelemahan karena hasilnya sering ”bias”. Hal ini disebabkan karena orang-orang yang menjadi sasaran pengamacan seolah-olah dipaksa meninggalkan lingkungan mereka yang asli, dan memasuki suatu tempat atau ruangan yang asing bagi mereka. sehingga apa yang dilakukan mereka di tempat/situasi yang asing ini berbeda dengan tingkah laku mereka di tempat asal mereka. Jadi kemungkinan tingkahlaku mereka selama di dalam percobaan dibuat-buat.
Sedikit untuk mengurangi kelemahan ini kadang-kadang digunakan “one way screen“, yaitu suatu alat yang memungkin pengamat melihat segala sesuatu yang terjadi atau yang diperbbuat oleh observee di belakang layar, sedangkan orang yang diamati tidak melihat pengamat (observer). Hal ini akan lebih menjamin observee dapat berbuat bebas dan wajar.
Sering juga observasi eksperimental ini disebut observasiterkontrol, karena dengan sengaja proses/gejala-gejalanya diusahakan agar dapat dikendalikan dan dikontrol, Pengamatan semacam ini banyak dilakukan dalam laboratorium ilmiah, klinik khusus, ruang-ruang penelitian dan sebagainya yang mengadakan penyelidikan terhadap gejala kealaman dan fenomena sosial yang sederhana (tidak kompleks).
Tetapi pada kenyataan gejala sosial itu sangat kompleks dimana suatu gejala sosial itu berada di tengah matrix sosial yang luas dan rill yang kondisi dan situasinya sulit untuk dikontrol. Maka timbullah obserfasi tidak terkontrol, karena kondisi dan situasinya tidak dikendalikan oleh pengamat untuk kemudian dilakukan pengontrolan. Untuk mempelajari fenomena sosial ini digunakanlah teknik observasi partisipatif seperti telah diuraikan di depan.
4. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Pengamatan
Kelebihan :
a. Merupakan cara pengumpulan data yang murah, mudah dan langsung guna mengadakan penelitian terhadap macam-macam gejala.
b. Tidak mengganggu, sekurang-kurangnya tidak terlalu mengganggu pada sasaran pengamatan (observee).
c. Banyak gejala-gejala psychis yang penting tidak atau sukar diperoleh denga teknik angket ataupun interview, tetapi dengan metode ini mudah diperoleh.
d. Dikemungkinan mengadakan pencatatan secara serempak kepada sasaran pengamatan yang lebih banyak.
Kekurangan :
a. Banyak peristiwa peikhis tertentu yang tidak dapat diamati, misalnya harapan, keinginan, dan masalah-masalah yang sifatnya sangat pribad, dan lain-lain.
b. Sering memerlukan waktu yang lama. sehingga membosankan, karena tingkah-laku/gejala yang dikehendaki tidak muncul-muncul.
c. Apabila sasaran pengamatan mengetahui bahwa mereka sedang diamati, mereka akan dengan sengaja menimbulkan kesan-kesan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Jadi sifatnya dibuat-buat.
d. Sering subjektifitas dari observer tidak dapat dihindari.
Beberapa Alat Observasi:
Seperti telah disinggung di depan bahwa pelaksanaan observasi agar dengan cermat memperoleh data, diperlukan beberapa alat bantu. Alat-alat tersebut antara lain :
a. Check List
Adalah suatu daftar pengecek, berisi nama subjek dan beberapa gejala/identitas lainnya dari sasaran pengamatan. Pengamat tinggal memberikan tanda check (x) pada daftar tersebut yang menunjukkan adanya gejala/ciri dari sasaran pengamatan. Check list ini dapat bersifat individual dan juga dapat bersifat kelompok. Kelemahan check list ini adalah hanya dapat menyajikan data yang kasar saja hanya mencatat ada atau tidaknya suatu gejala.
Concon check list dapat disimak sebagaimana gambar yang di halaman 100 atas.
Cheek List Kelompok
<!– /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Wingdings; panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:2; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-ansi-language:IN; mso-no-proof:yes;} @page Section1 {size:21.0cm 842.0pt; margin:3.0cm 3.0cm 3.0cm 4.0cm; mso-header-margin:48.2pt; mso-footer-margin:36.85pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:178590938; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1261735070 494691756 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:54.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:54.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l1 {mso-list-id:269436505; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:821183502 -175576358 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;} @list l1:level1 {mso-level-start-at:0; mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:-; mso-level-tab-stop:84.75pt; mso-level-number-position:left; margin-left:84.75pt; text-indent:-48.75pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} @list l2 {mso-list-id:331488458; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-578885560 -832901490 744774236 -1052754038 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l2:level1 {mso-level-tab-stop:18.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:18.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l2:level2 {mso-level-text:”%2\)”; mso-level-tab-stop:72.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l2:level3 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:99.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:99.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l3 {mso-list-id:552539625; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-754655752 1464483528 1515355056 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l3:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:54.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:54.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l3:level2 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:36.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l4 {mso-list-id:733241391; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1814844122 2091667348 -452398698 556986832 -785873424 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l4:level1 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l4:level2 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:54.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:54.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l4:level3 {mso-level-text:”%3\)”; mso-level-tab-stop:66.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:66.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l4:level4 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-text:”%4\)”; mso-level-tab-stop:84.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:84.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l5 {mso-list-id:851725426; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:306600700 67698703 -867809958 494691756 67698689 -175576358 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l5:level1 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l5:level2 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:36.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l5:level3 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:54.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:54.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l5:level4 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:144.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt; font-family:Symbol;} @list l5:level5 {mso-level-start-at:0; mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:-; mso-level-tab-stop:210.75pt; mso-level-number-position:left; margin-left:210.75pt; text-indent:-48.75pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} @list l6 {mso-list-id:1107504350; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1501650008 67698709 67698703 1819695624 67698703 -361970954 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l6:level1 {mso-level-number-format:alpha-upper; mso-level-tab-stop:18.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:18.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l6:level2 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:36.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l6:level3 {mso-level-tab-stop:101.25pt; mso-level-number-position:left; margin-left:101.25pt; text-indent:-20.25pt;} @list l6:level4 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:36.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l6:level5 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:36.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l7 {mso-list-id:1356661325; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-332126406 494691756 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l7:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:54.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:54.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l8 {mso-list-id:1556820668; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-110874220 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;} @list l8:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt; font-family:Symbol; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;} @list l9 {mso-list-id:1573002382; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:38568546 1464483528 2091667348 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l9:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l9:level2 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:36.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l10 {mso-list-id:1917401215; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1012424434 494691756 -123595278 494691756 -994394066 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l10:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:54.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:54.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l10:level2 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:36.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l10:level3 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:54.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:54.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l10:level4 {mso-level-text:”%4\)”; mso-level-tab-stop:72.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:72.0pt; text-indent:-18.0pt;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} –>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Times New Roman”;
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
table.MsoTableGrid
{mso-style-name:”Table Grid”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
border:solid windowtext 1.0pt;
mso-border-alt:solid windowtext .5pt;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-border-insideh:.5pt solid windowtext;
mso-border-insidev:.5pt solid windowtext;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Times New Roman”;
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
- Kelemahan ceck list ini adalah hanya dapat menyajikan data kasar, sebab hanya mencatat ada atau tidaknya suatu gejala.
a. Skala Penilaian (Rating Scale)
Skala ini berupa daftar yang berisikan ciri-ciri tingkah laku, yang dicatat secara bertingkat. Rating scale ini dapat merupakan satu alat pengumpulan data untuk menerangkan, menggolongkan, dan menilai seseorang atau suatu gejala. Skala penilaian ini dapat berbentuk berbagai macam, antara lain :
1) Bentuk kuantitas yang menggunakan score atau rangking.
Contoh: Penilaian terhadap gejala tertentu sebagai berikut:
Gejala
|
Skor
1 2 3 4 5
|
Kerja sama
Kerajinan
Partisipasi
Ketekunan
dsb
|
X
X
X
X
|
Pengamat tinggal memberikan score ari gejala yang diamati dengan sendirinya menurut “Judment” pengamat itu sendiri.
2) Rating scale dalam bentuk diskripsi
Contoh : Kerja sama
————–– Dapat/ mau bekerja sama dengan orang lain.
————–– Kadang-kadang mau bekerja sama, tetapi tidak efektif.
————–– Mau bekerja sama, tetapi dengan orang-orang tertentu saja.
————— Bekerja sama secara baik dengan orang lain.
————— Bekerja sama baik sekali dengan setiap orang.
<!– /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-ansi-language:IN; mso-no-proof:yes;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Times New Roman”;
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
Pengamat memberikan tanda check di muka pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun.
3) Rating scale dalam bentuk grafis
Bekerja sendiri (independentcy)
( )
|
( )
|
( V )
|
( )
|
( )
|
Selalu mem-butuhkan petunjuk
|
Biasanya memerlukan petujuk
|
Dalam hal-hal tertentu membutuh-kan petun-juk
|
Sewaktu-waktu me-merlukan pengawas-an
|
Bekerja bail bila dibiarkan sendiri
|
Pengamat memberikan tanda check (v) pada skala gejala yang telah tersusun. Kelemahan dari skala penilaian ini antara lain : sangat subjektif dan sangat kaku (rigid), sehingga kurang memberikan kesempatan luas kepada observer.
b. Daftar Riwayat Kelakuan (Anecdotal Record)
Adalah catatan-catatan mengenai tingkah laku seseorang (observee) yang luar biasa sifatnya atau yang khas. Catatan semacam ini kecuali dibuat oleh pengamat, sering pula dibuat oleh guru pemimpin organisasi, pendeta, direktur perusahaan dan sebagainya. Pada prinsipnya anecdotal record ini harus dibuat secepat mungkin di kala penstiwa itu terjadi atau sesudah terjadi. dengan catatan ucapan atau tingkah laku tertentu dari anggora suatu masyarakat.
c. Alat-alat Mekanik (Electronics)
Alat-alat ini antara lain: alat perekam, alat fotografis. Film, tape recorder, kamera televisi, dan sebagainya. Alat-alat tersebut setiap saat dapat diputar kembali untuk memungkinkan mengadakan analisis secara teliti.
A. WAWANCARA (INTERVIEW)
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan utuk mengumpulkan data, di mana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) Jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui pertemuan atau percakapan. Wawancara sebagai pembantu utama dari metode observasi. Gejala-gejala sosial yang tidak dapat terlihat atau diperoleh melalui observasi dapat digali dari wawancara.
Wawancara bukanlah sekadar angka lisan saja, sebab wawancara peneliti akan dapat:
1. Memperoleh kesan langsung dari responden.
2. Menilai kebenaran yang dikatakan oleh responden.
3. Membaca air muka (mimik) dari responden.
4. Memberikan penjelasan bila pertanyaan tidak dimengerti responden
5. Memancing jawaban bila jawaban macet.
Dalam pelaksanaan penelitian. wawancara kadang-kadang bukan merupakan hal yang terpisah khusus, melainkan merupakan pelengkap atau Suplemen bagi metode-metode yang lain. Diharapkan dengan wawancara ini diperoleh, suatu yang lebih valid.
Di dalam wawancara hendaknya antara pewawancara (interviewer) dengan sasaran (interviewee) :
1. Saling melihat, saling mendengar dan saling mengerti.
2. Terjadi percakapan biasa, tidak terlalu kaku (formal)
3. Mengadakan persetujuan/ perencanaan pertemuan denga tujuan tertentu.
4. Menyadari ada banyak kepentingan yang berbeda antara pencari informasi dan pemberi informasi.
Beberapa jenis wawancara :
Selain wawancara penelitian yang dipergunakan untuk mengumpulkan atau melengkapi data penelitian. ada wawancara jenis lain, yaitu wawancara diagnostik dan wawancara pengobatan yang masing-masing tujuannya adalah untuk menemukan jenis gangguan/ penyakit dan tujuan pengobatan/ penyembuhan bagi seorang pasien/Client. Di samping.itu ada wawancara jenis lain, yakni :
- Wawancara Tidak Terpimpin (Non Directive or Unguided Interview)
Sebenarnya semua wawancara itu terpimpin, yakni dipimpin oleh keinginan untuk mengumpulkan informasi atau data, tetapi wawancara tidak terpimpin di sini diartikan tidak ada pokok persoalan yang menjadi fokus dalam wawancara tersebut. Sehingga dalam wawancara ini pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan ini tidak sistematis, melompat-lompat dari satu peristiwa/topik ke perisriwa/topik yang lain tanpa berkaitan. Oleh karena itu wawancara ini tidak mempergunakan pedoman yang tegas. Maka tidak jarang wawancara ini dapat menjurus ke arah “free talk” yang sulit disebut wawancara lagi, karena situasinya tidak dapat dikuasai atau dibimbing lagi oleh interviewer.
interviu ini hanaya cocok sebagai suatu teknik pengumpulan data guna memperoleh data-data khusus yang mendalam, yang tidak dapat diperoleh dengan wawancara terpimpin.
Dengan sendirinya wawancara tak terpimpin ini banyak kelemahan antara lain :
a. kurang efisien;
b. tidak ada pengecekan secara sistematis. sehingga realibilitasnya kurang;
c. memboroskan tenaga, pikiran, biaya. dan waktu. Dsb
d. sulit untuk diolah/ dianalisis.
- Wawancara Terpimpin (Structured or Interview)
Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan masak-masak sebelumnya. Sehingga interview tinggal membacakan pertanyaan-pertanya kepada interviewee. Pertanyaan-pertanyaan di dalam pedoman (kuesioner) tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mencakup variabel-variabel yang berkaitan dengan hipotesisnya. Uraian lebih lanjut dari hal ini akan akan dibicarakan di dalam Prinsip-prinsip Penyusunan Kuesioner.
Keuntungan dari wawancara terpimpin ini antara lain :
a. Pengumpulan data dan pengolahannya dapat berjalan dengan cermat/teliti.
b. Hasilnya dapat disajikan secara kualitatif maupun kuantitatif.
c. Interviewer dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang uniform.
Sedangkan kelemahan wawancara jenis ini antara lain :
Pelaksanaan wawancara kaku (rigid), interview selalu dibayangi pertanyaan-pertanyaan yang sudah tersusun. Di samping interviewer menjadi terlalu formal, sehingga hubungannya dengan responden kurang fleksibel.
- Wawancara Bebas Terpimpin
Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun terdapat unsur kebebasan, tetapi ada pengaruh pembicaraan secara tegas dan mengarah. jadi wawancara jenis ini mempunyai ciri fleksibilitas (keluwesan) dan arah yang jelas. Oleh karena itu sering dipergunakan untuk menggali gejala-gejala kehidupan psychis antropalogis, misalnya latar belakang suatu keyakinan, motivasi dari suatu perbuatan, harapan-harapan. dan unsur-unsur terpendam lainnya yang bersifat sangat pribadi.
Unsur keluwesan tersebut sebenarnya tergantung pada keteerampilan dari pewawancara dalam memanipulasikan pada saat-saat psychologis yang tepat. Misalnya, kita akan mengadakan penelitian tentang seorang pemimpin yang otoriter, maka konsep otoriter itu kita jabarkan ke dalam variabel-variabel yang dapat diobservasi. Dari analisis tersebut disusun ke dalam pokok-pokok hal (pedoman interviu) yang sifatnya masih mentah. Artinya, interviewer diberi kebebasan untuk memasak sendiri pertanyaan tersebut sehingga memperoleh jawaban-jawaban yang diharapkan. Jadi dengan hanya berpedoman dengan pola ini pewawancara melakukan wawancara dalam suasana atau dengan cara yang sesantai mungkin, interviewee secara bebas dapat memberikan informasi selengkap mungkin.
Maka dengan jalan penggalian dan pancingan-pancingan pewawancara, akan diperoleh data yang lebih luas tentang latar belakang, motivasi-motivasi, afeksi-afeksi, dan sebagainya yang menjadi landasan bagi sikap pemimpin yang otoriter tersebut.
- FreeTalk dan Diskusi
Apabila di dalam suatu wawancara terjadi suatu hubungan yang sangat terbuka antara interviewer dan interviewee, maka di sini sebenarnya kedua belah pihak masing-masing menduduki dwifungsi, yakni masing-masing sebagai ”information hanter” dan “information supplier: dan dalam keadaan demikian ini kedua belah pihak dengan hati terbuka bertukar pikiran dan perasaan dan sesubjek mungkin mereka saling meberikan keterangan-keterangan. Maka dalam situasi demikian ini berlangsunglah suatu “free talk” atau berbicara bebas. Disini interviwer sebenarnya bukan hanya bertindak sebagai pencari data, tetapi juga sebagai sugester, motivator, dan edukator sekaligus.
Oleh karena itu. metode omong-omong bebas ini sering dipakai di dalam suatu “action research “. Dalam penelitian semacam ini fungsi peneliti bukan saja sebagai pencari data tetapi juga sebagai partisipan yang aktif dalam proses situasi sosial atau kelompok sosial yang tengah diteliti. Free talk ini sering juga dipakai dalam interaksi klinis antar seorang dokter dengan pasiennya untuk maksud-maksud diagnotis dan terapeutis guna mempercepat kesembuhan pasien.
Kebaikan dari metode omong-omong bebas ini adalah bahwa dengan adanya partisipasi aktif dari peneliti pada anggota masyarakat maka pihak informan akan merasa terangsang dan merasa mendapatkan manfaat dalam memberikan infomiasi-informasi yang benar kepada peneliti. Kelemahan metode ini adalah kurang relevan untuk penelitian dalam rangka menguji hipotesis.
Di samping jenis-jenis wawancara tersebut di atas, ada wawancara jenis lain yang dibedakan berdasarkan banyaknya Interviewee yakni wawancara prihadi dan wawancara kelompok. Dalam wawancara pribadi, interviewer menghadapi dua atau lebih interviewee. Dalam wawancara ini para anggota kelompok dapat saling menambah dan mengurangi informasi dan dapat saling mengontrol terhadapj jawaban rekannya.
- Teknik Wawancara
Berhasil atau tidaknya wawancara pada garis besarnya tergantung pada 3 hal, yaitu hubungan baik antara interviewer dengan interviewee, keterampilan sosial interviewer, serta pedoman dan cara pencatatan.
a. Hubungan baik antara pewawancara dengan sasaran (interviwee)
Dalam suaru wawancara interviewee akan memberikan informasi-informasi atau nenjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik atau benar apabila tercipta suasana yang bebas dan tidak kaku. Suasana seperti ini akan dapat rerbentuk apabila ada hubungan yang baik, saling percaya mempercayai antara pewawancara dengan yang diwawancarai. Suasana semacam ini disebut “rapport’. Jadi tugas pertama dari pewawancara adalah menciptakan “rapport” ini. Untuk menciptakan keadaan semacam ini dapat dicapai dengan :
1) Lebih dahulu mengadakan pembicaraan pendahuluan atau “warming uP” untuk perkenalan dan sekaligus untuk menjelaskan tujuan wawancara.
2) Menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti. Apabila mungkin gunakan bahasa sehari-hari dari responden, atau mungkin bahasa daerah.
3) Masalah dengan permasalahan yang sesuai dengan minat atau keahlian responden, sehingga mereka tertarik lebih dahulu.
4) Menciptakan suasana yang bebas dan santai, sehingga responden tak merasa tertekan/ terpaksa.
5) Hindarkan kesan-kesan yang terburu-buru, tidak sabar, dan sikap yang kurang menghargai (sinis).
6) Memberikan sugesti kepada interviewee bahwa keterangan atau jawaban mereka sangai berharga, tetapi dijaga pula jangan sampai mereka “over acting“.
7) “Probing” (menstimulasi percakapan). Apabila jawaban itu masih kurang lengkap, atau mungkin macet (tidak memperoleh jawaban dari interviewee, rangsaaglah sehingga jawaban muncul). Hal semacam ini disebut “probing“. Probing Juga diperlukan untuk mengarahkan atau menyaring jawaban-jawaban yang relevan.
8) Hendaknya bersikap hati-hati.jangan sampai menyentuh titik-titik kritis (critical points) dari interviewee, misainya hal-hal yang sangat sensitif dan rahasia.
9) Harus memegang teguh “kode etik” Interviewer yang antara lain tidak membicarakan dengan pihak siapa pun tentang rahasia dan interviewee.
b. Keterampilan Sosial Interviewer
Seorang pewawancara di samping mempunyai tugas untuk menciptakan “raport” dengan responden, ia juga harus mempunyai penampilan diri yang baik. Dengan kata lain, ia harus mempunyai keterampilan sosial. Keterampilan sosial tersebut antara lain meliputi :
1) Bersikap ramah, sopan, dan berpakaian rapi.
2) Menggunakan bahasa yang sopan, ringkas, dan mudah di ditangkap
3) Bersikap luwes, supel, dan bijaksana.
4) Menggunakan lagu dan nada suara yang menarik, tidak terlalu keras, tetapi jangan terlalu lembut.
5) Bersikap responsif, pada saat-saat tertentu dapat ikut merasakan sesuatu yang terjadi pada diri interviewee, Misalnya, bila interviewee sedang menceritakan penderitaan atau kegembiraannya interviewer dapat ikut menghayati.
6) Memberikan sugesti yang halus, tetapi tidak sampai mempengaruhi jawaban responden.
7) Menunjukkan sikap keterbukaan dan setia, sukarela, tidak menunjukkan sikap tertutup dan terpaksa.
8) Apabila interviewer menggunakan alat-alat pencatat (kuesioner misalnya), gunakanlah secara informal. Bila mungkin tidak sampai terlihat oleh interviewee.
9) Waktu bicara tataplah wajah interviewee, demikian pula waktu mendengarkan jawaban-jawaban dari mereka.
10) Waktu wawancara, lebih baik menyebut nama responden (interviewee) daripada hanya dengan sebutan bapak, ibu, anda, atau saudara. Misalnya : “Berapa anak Pak Kijo” (lebih baik, daripada” Berapa anak bapak?“)
c. Pedoman dan Cara Pencatatan Wawancara
Untuk pedoman pencatatan suatu wawancara akan dibahas tersendiri di dalam “Prinsip-Prinsip Penyusunan Kuesioner”. Di sini hanya akan dibahas tentang cara melakukan pencatatan data wawancara. Secara garis besarnya pencatatan data wawancara dapat dilakukan deangan 5 cara, yaitu pencatatan langsung, pencatatan ingatan, pencatatan dengan alat recording, pencatatan dengan field ratting, dan pencatatan dengan field coding.
1) Pencatatan Langsung
Maksudnya pewawancara dengan langsung mencatat jawaban-jawaban dari interviewee, sehingga alat-alat dan pedoman penelitian erviewer harus selalu siap di tangan. Memang hal ini ada keuntungannya, bahwa interviewer belum lupa tentang jawaban-jawaban atau data yang diperoleh. Tetapi kerugiannya, hubungan antara pewawancara dengan responden menjadi kaku dan tidak bebas/sehingga rapport dapat terganggu.
2) Pencatatan dari Ingatan
Dalam jenis pencatatan ini, pencatatan dilakukan setelah wawancara selesai seluruhnya. Jadi dalam wawancara ini tidak memegang apa-apa, sehingga hubungan antara kedua belah pihak tidak terganggu, dan rapport mudah tercipta. Tetapi cara ini mempunyai beberapa kelelahan, antara lain :
a) Banyak data/jawaban yang hilang karena terlupakan.
b) Bnyak data yang terdesak oleh keterangan-keterangan lain yang oleh informan diceritakan secara menonjol dan dramatis.
c) Data yang dicatat dari ingatan, terutama dalam waktu yang agak lama akan mengandung banyak kesalahan.
d) Sering juga data yang dicatat dari ingatan kehilangan sarinya.
Beberapa ahii mencatat bahwa rata-rata 25% dari data yang dari ingatan mengandung kesalahan (sosiolog Payne). Penelitian (Symonas dan Dietrich) memperhitungkan bahwa rata-rata hanya 39% cari data wawancara yang dapat dicatat dengan ingatan, kalau dilakukan segera pada hari wawancara itu juga. Tetapi bila dilakukan 2 hari sesudahnya hanya 30%, dan hanya 23% bila pencatatan dilakukan seminggu sesudah wawancara.
3) Pencatatan dengan Alat Recording
Pencatan dengan alat recording ini sangat memudahkan pewawancara, karena dapat mencatat jawaban secara tepat dan detail. pada saat ini banyak alat-alat elektronik semacam ini yang berukuran mini yang mudah di bawa ke mana-mana dan tanpa memerlukan persiapan yang berarti serta tidak rerlalu mencolok.
Tetapi kelemahan pencatatan dengan alat ini ialah, memerlukan kerja dua kali. Sebab interviewer harus menyalin atau menulis dari alat recording tersebut. Di samping itu pencatatan semacam ini sangat mahal harganya.
4) Pencatatan dengan Field Rating (dengan Angka)
Sebelum mengadakan pencatatan dengan sendirinya interviewer mempersiapkan lebih dulu formulir isian atau kuesioner mengenai data yang akan dikumpulkan, dan sekaligus memperhitungkan jawaban yang digolongkan ke dalam beberapa kategori. Tiap-tiap kategori diberi nilai atau “kata nilai”. Misalnya kita ingin mengukur tanggapan dan penilaian terhadap Program Keluarga Berencana, maka jawaban yang kita sediakan:
a) Sangat setuju sekali atau dengan angka 5
b) Sangat setuju. dengan angka 4
c) Setuju, dengan angka 3
d) Tidak setuju, denan angka 2
e) Sangat tidak setuju, dengan angka 1
f) Tak ada tanggapan, dengan angka 0
5) Pencatatan Data Wawancara dengart Kode (Field Coding)
Seoerri pada field ranting, jawaban responden tidak dinilai dengan angka “kata angka”. melainkan hanya dengan tanda atau kode saja. Biasanya kode tersebur berupa huruf atau tanda-tanda lain yang mengkiaskan jawaban-jawabannya. Misalnya degan huruf A, B, C, D dan sebagainya. Atau dengan tanda positif )+) atau tanda negatif ( – ) untuk jawaban “ya” atau “tidak”.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Wawancara
Kelebihannya :
1. Metode ini tidak akan menemui kesulitan meskipun respondennya buta huruf sekalipun, atau pada lapisan masyarakat yang mana pun, karena alat utamanya adalah bahasa verbal. Dengan pengertian, bahwa interviewer harus dapat menyesuaikan bahasa dan cara dengan latar belakang responden.
2. Karena keluwesan dan fleksibilitasnya ini, maka metode wawancara dapat dipakai sebagai verifikasi data terhadap data yang diperoleh dengan cara observasi ataupun angket.
3. Kecuali untuk menggali informasi, sekaligus dipakai untuk mengadakan observasi terhadap perilaku pribadi.
4. Merupakan suatu teknik yang efektif untuk menggali gejala-gejala psychis, terutama yang berada di bawah sadar.
5. Dari pengalaman para peneliti, metode mi sangat cocok untuk dipergunakan di dalam pengumpulan data-data sosial.
Kekurangan-kekurangannya :
- Kurang efisien, karena mremboroskan waktu, cenaga, pikiran, dan biaya.
- Diperlukan adanya keahlian/penguasaan bahasa dari interviewer.
- Memberi kemungkinan interviewer dengan sengaja memutarbalikan jawaban. Bahkan memberikan kemungkinan interviewer untuk memalsu jawaban yang dicatat di dalam cacatan wawancara (tidak jujur)
- Apabila interviewer dan interviewee memnunyai perbedaan yang sangat mencolok. Sulit untuk mengadakan rapport sehinga yang diperoleh kurang akurat.
- Jalannya interview sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sekitar, sehingga akan menghambat dan mempengaruhi jawaban dan data yang diperoleh.
B. ANGKET
Yang dimaksud dengan angket, adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak). Angker ini dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya. Teknik ini lebih cocok dipakai untuk memperoleh data yang cukup luas, dari kelompok/ masyarakat yang berpopulasi besar, dan betebaran tempatnya. Biasanya pengirimannya dilakukan melalui pos kepada responden.
Oleh karena angket ini selalu berbentuk formulir-formulir yang berisikan pertanyaan-pertanyaan (question), maka angket sering disebut “questionaire “. Tetapi tidak berarti kuesioner itu sama dengan; dengan angket Sebab kuesioner (daftar pertanyaan) itu tidak selalu responden sendiri yang mengisi, di mana kuesioner ditanyakan. secara lisan kepada responden melalui wawancara, dan yang mengisi kuesioner itu adalah interviewer berdasarkan jawaban lisan dari responden. Jadi ada kuesioner yang langsung diisi oleh responden sendiri, yang disebut “angket”, dan ada kuesioner sebagai pedoman (pegangan ) wawancara.
Mengingat bahwa responden sendiri yang harus mengisi kuesioner tersebut, maka angket tidak dapat dilakukan untuk responden yang buta huruf.
1. Beberapa Tipe Angket
a. Menurut sifatnya.
1) Anqket umum, yang berusaha sejauh mungkin untuk memperoleh selengkep-lengkapnya tentang kehidupan seseorang.
2) Angket khusus, hanya berusaha untuk mendapatkan data-data mengenai sifat-sifat khusus dari pribadi seseorang.
b. Menurut cara penyampaiannya
1) Angket langsung, apabila disampaikan langsung kepada orang yang dimintai informasinya tentang dirinya sendiri.
2) Angket tak langsung, apabila pribadi yang disuruh mengisi angket adalah bukan responden langsung. la akan menjawab dan memberikan informasi tentang diri orang lain.
c. Menurut bentuk strukturnya
1) Angket berstruktur. Angket ini disusun sedemikian rupa tegas, dedinitif, terbata, dan konkret, sehingga responden dapat dengan mudah mengisi atau menjawabnya.
2) Angket tak berstruktur. Angket ini dipakai bila peneliti menghendaki suatu uraian dari informan atau responden tentang suatu masalah dengan suatu penulisan atau penjelasan yang panjang lebar. Jadi pertantnyaannya bersifat terbuka dan bebas.
Berdasarkan bentuk pertanyaannya atau menurut jenis penyusunan item yang diajukan, angket dibedakan menjadi:
a. Angket berbentuk isian, di mana responden diberi kebebasan untuk mengisi dengan jawaban yang sesuai menurut responden (open eded item).
b. Agket berbentuk pilihan, di mana jawabannya telah disediakan (Closed ended item).
2. Psikologi Menjawab Angket
Sitat kerjasama adalah syarat penting dalam penelitian yang menggunakan angket. Untuk itu maka para peneliti yang menggunakan meteode ini tidak hanya memikirkan kepentingan sendiri. Tetapi harus mempertimbangkan faktor-faktor yang ada pada diri responds. sebagai responden ini biasanya :
a. Asing bagi peneliti.
b. Tidak berkepentingan atas hasil penelitian yang dilakukan oleh orang lain.
c. Sudah sibuk dengan pekerjaan dan urusannya sendiri.
Oleh karena itu, dalam hal ini peneliti harus memahami lebih dahulu psikologi menjawab angketnya. bagaimana minatnya, motivasinya. kesediaannya, dan kejujurannya dalam memberikan jawaban. Hal yang harus dijawab lebih dahulu sebelum peneliti melakukan angket. adalah pertanyaan-pertanyaan antara lain sebagai berikut.
– Mengapa mereka (responden) harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
– Adakah cukup alasan bagi penjawab untuk bersusah payah menjawab angket.
– Apakah ada kepastian tentang perhatian, simpati, kesediaan dan sebagainya dari responden dan sebagainya.
Persiapan dan Penyusunan Angket
Kriteria yang perlu diperhatikan dalam persiapan dan persiapan penyusunan angket, antara lain sebagai berikut:
– Pertanyaan harus singkat dan jelas, terutama jelas bagi bagi calon penjawab.
– Jumlah pertanyaan hendaknya dibuat sedikit mungkin, supaya penjawab tidak terlalu membuang waktu.
– Pertanyaan hendaknya cukup merangsang minat penjawab.
– Pertanyaan dapat “memaksa” penjawab untuk memberikan jawaban yang mendalam, tetapi “to the point”.
– Pertanyaan jangan sampai menimbulkan jawaban yang meragukan.
– Pertanyaan jangan bersifat interogatif, dan jangan sampai menimbulkan kemarahan penjawab.
– Pertanyaan jangan sampai menimbulkan kecurigaan pada penjawab.
Di samping hal-hal tersebut, pada lembaran pertama dari angket harus dijelaskan tentang tujuan penelitian, serta petunjuk-petunjuk/ penjelasan tentang bagaimana cara menjawab atau mengisi formulir (angket) tersebut.
Kelebihan :
– Dalam waktu singkat (serentak) dapat dapat diperoleh data yang banyak
– Menghemat tenaga dan mungkin biaya
– Responden dapat memilih waktu senggang untuk mengisinya, sehingga tidak terlalu terganggu bila dibandingkan dengan wawancara
– Secara psikhologis responden tidak merasa terpaksa dan dapat menjawab lebih terbuka dan sebagainya
Kekurangan :
– Jawaban akan lebih banyak dibumbui dengan sikap dan harapan-harapan pribadi, sehingga lebih bersifat sujektif.
– Dengan adanya bentuk (susunan) pertanyaan yang sama untuk responden yang sangat hiterogen, maka penafsiran pertanyaan akan berbeda-beda sesuai dengan latar belakang sosial, pendidikan dan sebagainya dari responden.
– Tidak dapat dilakukan untuk golongan masyarakat yang buta huruf.
– Apabila responden tidak dapat memahami pertanyaan/ tak dapat menjawab, akan terjadi kemacetan, dan mungkin responden tidak akan menajwab seluruh angket.
– Sangat sulit untuk memutuskan pertanyaan-pertanyaan secara tepat degan menggunakan bahasa yang jelas atau bahasa yang sederhana.